RA Terpadu Syaujan "Mendidik Sepenuh Hati dengan Syar'i" | Jika Anak Dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai | jika anak di besarkan dengan dorongan,ia belajar percaya diri | jika anak di besarkan dengan rasa aman,ia belajar menaruh kepercayaan

VIDEO Kegiatan RA SYAUJAN

Rabu, 22 Februari 2012

5 Syarat Pendidikan Karakter

Lima Syarat Pendidikan Karakter

Tidak sedikit para pengamat yang menilai bahwa carut-marutnya negeri ini akibat pemimpin negeri yang tidak memiliki karakter. Lantas bagaimana membangun pemimpin yang berkarakter melalui pendidikan? Menurut pakar pendidikan, Arief Rahman, ada lima syarat pendidikan karakter.

Pertama adalah pendidikan karakter kepada Tuhan. Nilai-nilai religius harus ada pada seorang pemimpin. "Jadi bukan hanya wawasan umum dan intelektual, tapi ada nilai-nilai religi juga harus dimiliki," ujar Arief dalam acara Studi Apresiasi Kepemimpinan Siswa Teladan Indonesia (Sakti) SMP Labschool Cibubur di Markas Komando Latihan Kostrad Sanggabuana, Mekar Buana, Karawang, Jawa Barat, baru-baru ini.

Kedua, lanjut Arief, pendidikan karakter kepada diri sendiri. Sadar akan tanggungjawab diri sendiri dan mengerti apa yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri.

Ketiga, pendidikan karakter kepada keluarga. Bagaimana kita menghormati orangtua, meski kadang orangtua itu salah.

Keempat, menurut Arief, adalah pendidikan karakter kepada masyarakat. Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain, tentu harus saling bekerjasama, saling menghormati, tenggang rasa. "Harus saling menolong dengan sesama," ujar guru besar Universitas Negeri Jakarta itu.

Kelima, lanjut Arief, adalah pendidikan karakter kepada alam di sekitanya. Menurut Arief, manusia itu hidup di antara alam. Karena itu manusia harus memelihara dan menjaga kelestarian alam. "Kita harus pelajari alam itu. Kita manfaatkan, tetapi jaga kelestarianya, jangan hanya memanfaatkan alam tapi malah merusak," tandasnya.
Lebih lanjut Arief menjelaskan, pendidikan karakter yang baik tidak dapat dilakukan dengan cara mengajar, tetapi mendidik. Karena pendidikan karakter bukan ilmu, namun proses membangun watak terhadap kebiasaan. "Dan kebiasaan itu harus dialami. Setiap jenjang harus diberi pengalaman-pengalaman yang baik. Pendidikan karakter harus ada teladan. Karakter itu harus teruji saat dilematis," ujar kakek enam cucu itu.
Menanggapi soal pendidikan melalui cara ala militer yang identik dengan kedisiplinan yang tinggi, menurut Arif, kedisiplinan itu baik dalam pendidikan anak. Namun jangan sampai menerapkan sanksi-sanksi yang sifatnya menjadi dendam kepada anak-anak itu sendiri. "Untuk menjadi baik, kadang manusia itu awalnya harus dipaksa dengan aturan. Tapi harus tetap seimbang, ada kalanya membutuhkan intermezo yang bernilai, tidak hampa," ujar Arief menambahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...