RA Terpadu Syaujan "Mendidik Sepenuh Hati dengan Syar'i" | Jika Anak Dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai | jika anak di besarkan dengan dorongan,ia belajar percaya diri | jika anak di besarkan dengan rasa aman,ia belajar menaruh kepercayaan

VIDEO Kegiatan RA SYAUJAN

Minggu, 26 Februari 2012

ANAK KURANG KONSENTRASI

Jika Anak Susah Konsentrasi

N amanya anak, memang mudah beralih perhatiannya. Tapi tak berarti orang tua tak bisa meningkatkan konsentrasinya agar lebih baik.
"Aduh, anakku, kok, enggak bisa diam, sih! Baru duduk sebentar, sudah mau menonton Teletubbies . Teve baru dipasang, malah jalan-jalan. Jangan-jangan anak saya sulit berkonsentrasi," keluh seorang ibu.
Sulit konsentrasi, kata psikolog Dra. Rosemini A. Prianto, MPsi atau biasa dipanggil Romi, adalah bila tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih. Jadi, untuk suatu pekerjaan, dia tidak bisa menuntaskannya. "Sedikit-sedikit, perhatiannya sudah berubah, tak memberi perhatian. Dan itu terjadi pada semua hal." Tapi kesimpulan bahwa seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan dengan anak normal umumnya.
Hal senada dijelaskan dr. H. Irawan Mangunatmadja, SpA , dari Bagian Saraf Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. "Anak yang susah konsentrasi, biasanya memiliki gangguan atau kelainan. Misalnya saja, hiperaktif."

Masih Wajar
Kendati demikian, orang tua tetap tak bisa langsung menyimpulkan anaknya mengalami gangguan konsentrasi. Irawan mengingatkan, jika anak usia batita tampak tak bisa diam, seolah hiperaktif, mungkin sebenarnya normal. "Anak usia batita biasanya memang tak bisa diam. Masalahnya, ia memang sedang berada dalam fase eksplorasi. Maunya ke sana kemari, menjelajah. Itu masih wajar, kok." Kalau memang si anak tak mengalami kelainan semisal hiperaktif, lanjutnya, "Kalau disuruh diam, ya, dia akan diam."
Beda dengan anak berkelainan. Cirinya, kelewat aktif. "Anak yang hiperaktif malah sama sekali tak bisa konsentrasi pada semua hal. Beda dengan anak normal yang mungkin hanya pada hal-hal tertentu saja," papar Irawan lebih lanjut.
Baru di usia sekitar 4-5 tahun, jelas Romi dalam kesempatan terpisah, anak mampu berkonsentrasi. Sementara anak balita, "Kalau bisa konsentrasi 5 menit saja, secara umum dapat dikatakan konsentrasinya cukup baik." Bila lebih dari 5 menit, berarti si anak memang lebih dibanding rata-rata anak umumnya. Nah, jika si kecil berumur 5 tahun memegang sesuatu lalu sesaat kemudian sudah dilempar (benda apa saja), berarti ada sesuatu dengan diri si anak.

Faktor Penyebab
Menurut Romi, penyebab sulit konsentrasi pada anak bisa karena faktor lingkungan, tapi bisa juga karena ada masalah dalam dirinya. Dengan kata lain, ada faktor eksternal dan internal. Untuk faktor lingkungan, misalnya, anak diberi tugas menggambar. Pada saat yang bersamaan, ia mendengar suara ramai dan itu lebih menarik perhatiannya sehingga tugasnya pun diabaikan. "Lingkungan mempengaruhi konsentrasinya," jelas Romi. Sedangkan faktor internal antara lain adanya gangguan perkembangan otak, sehingga anak cenderung jadi hiperaktif. "Ada kaitannya dengan hormon.
Kalau hiperaktif, maka hormon yang dihasilkan lebih banyak. Kalau anaknya lamban, maka neurotransmitter-nya kurang." Konsentrasi atau perhatian, papar Irawan, biasanya berada di otak daerah frontal (depan) dan parientalis (samping).Nah, gangguan di daerah ini bisa menyebabkan kurang atensi atau perhatian. "Jadi, karena sistem di otak dalam memformulasikan fungsi-fungsi aktivitas, seperti penglihatan, pendengaran, motorik, dan lainnya, di seluruh jaringan otak itu terganggu, maka anak tidak dapat berkonsentrasi karena input yang masuk ke otak terganggu. Akibatnya, stimulasinya pun tak bagus," jelas Irawan. Gangguan ini bukan merupakan bawaan melainkan didapat, semisal karena terkena infeksi otak.

Pengobatan dan Terapi
Selain faktor eksternal dan internal, papar Romi, faktor psikologis pun turut berperan. Umpamanya, anak mendapatkan suasana di "sekolah" yang berbeda dengan suasana di rumah. Anak kaget, misalnya karena punya teman yang lebih berani. Ketakutan dan kekhawatiran si anak membuatnya sulit untuk konsentrasi. Akibatnya, konsentrasi di kelas untuk menerima pelajaran jadi berkurang. "Jadi, ini karena pengaruh masalah kepribadian atau sosialisasi."
Karena itulah, lanjut Romi, penyebab sulit berkonsentrasi harus dicari lebih dulu. "Selanjutnya, orang tua dapat membantu misalnya dengan mengeliminir lingkungan sedemikian rupa agar anak bisa fokus atau memusatkan perhatiannya." Di usia sekolah, di mana rentang konsentrasi-nya sudah lebih panjang, anak tidak terlalu bermasalah. "Kecuali jika ia memang punya kelainan."
Untuk anak hiperaktif, bisa diberi terapi obat, terapi perilaku, dan lainnya. "Biasanya pengobatannya jangka panjang. Umumnya, kalau sudah diberi obat, hiperaktifnya berkurang. Untuk yang konsentrasinya lambat, ditingkatkan konsentrasinya. Kecuali kalau kerusakannya parah, perbaikan atau pengobatannya makan waktu lama," tambah Irawan.

Jumat, 24 Februari 2012

KEGIATAN YANG HARUS DILAKUKAN ANAK DI USIA DINI

BEBERAPA AKTIVITAS YANG HARUS DILAKUKAN ANAK
SEBELUM MASUK SD


1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak :
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra diri anak

2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
- Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan kematangan syaraf.
- Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
- Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
- Mengendalkan estetika keindahan warna.
- Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
• Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
• Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)

3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkanide-ide.

4. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa macam kolase yaitu:
• Kolase dengan kertas dan kain
• Kolase dengan tekstur

5. Mencetak
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya). Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut
memuat gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita.
Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.

6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.

7. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak
mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.

Kamis, 23 Februari 2012

Anak Kebutuhan Khusus (ABK)

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang terkena disfungsi otak. Disfungsi otak merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan akibat dari adanya cedera atau kerusakan, kelainan perkembangan gangguan keseimbangan biokimiawi atau gangguan aktifitas listrik dalam otak.
Fungsi Belahan Otak
Otak terdiri dari belahan kanan dan belahan kiri. Belahan otak kiri: komunikasi verbal, linguistik, logis, analitis, praktis sedangkan belahan otak kanan: komunikasi non verbal, pragmatik, orientasi ruang (visual – spesial), imajinasi, kreasi, spiritual, seni, holistik – intuitif.
Penyebab Anak Kebutuhan Khusus
Banyak faktor penyebab disfungsi otak: mulai dari masa kehamilan ibu (kurang gizi, merokok, mengalami pendarahan), saat melahirkan (kelahiran yang sulit, lahir premature), atau saat bayi lahir (tidak langsung menangis, nampak biru, pucat, kuning) dan setelah bayi lahir (mengalami radang otak atau cedera kepala).
Yang Termasuk Kedalam Anak Berkebutuhan Khusus:

1. Keterbelakangan mental (Tuna Grahita)
Gejala yang timbul pada umumnya nyata berupa keterlambatan hampir semua aspek perkembangan anak seperti perkembangan motorik kasar dan halus, kognitif, wicara-bahasa, sosial dan bantu diri. Contoh : anak sindrom Down, Mental retardasi.
2. Sindrom Down Manifestasi klinis
Wajah sangat khas dan tidak tergantung ras.
•    Wajah tampak datar.
•    Jembatan hidung yang lebar dan datar.
•    Garis mata cendrung miring keatas.
•    Lidah cendrung menjulur keluar, karena maksli kecil dan palatum sempit.
•    Telinga kecil dan letak rendah.
•    Sering diikuti gangguan refraksi mata.
•    Kepala berbentuk brakisefali dan kecil.
•    Jari tangan kelima biasanya melengkung dan pendek.
•    Garis simian.
•    Tangan lebar dan jari tangan pendek.
•    Terdapat celah lebar antara jari kaki I dan II
•    40% disertai kelainan jantung : VSD, ASD, PDA.
•    Kadang-kadang disertai atresia ani, atresia duodenum, hirschprung.
•    Retardasi mental bervariasi
•    Keterlambatan perkembangan motor, adaptif, dan sosialisasi sebelum usia 1 tahun.
•    Pemeriksaan neurologis pada bayi : sering sulit minum dan apatik, hipotonia, refleks lambat, ikterus fisiologis yang memanjang.
•    Kejang berkisar antara 2 – 9%.
•    Gangguang fungsi kel teroid pada beberapa pasien.
•    Tinggi badan biasanya kurang dari rata-rata.
Kriteria diognostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu:
1.    Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.
2.    Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi , kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3.    Onsetnya sebelum usia 18 tahun.
3. Autisme
•    Gejala yang dijumpai adalah tidak adanya kontak mata, menyendiri, (sulit bersosialisasi), adanya perilaku yang stereotipik seperti terpaku pada objek tertentu (putaran kipas angin), menolak suatu perubahan, terlambat perkembangan bicara membeo, sulit berdialog, sering disertai hiperaktivitas.
•    Kreteria diagnosis 299.00 gangguan autistic, enam atau lebih gejala (1), (2), dan (3), dengan paling sedikit 2 dari (1) dan 1 dari masing-masing (2) dan (3).
1. Gangguang kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari gejala berikut:
•    Gangguan yang jelas dalam perilaku non verbal (perilaku yang dilakukan tanpa bicara) Misalnya kontak mata. Ekspresi wajah, posisi tubuh, dan mimik untuk mengatur interaksi sosial.
•    Tidak bermain dengan teman seumurnya, dengan cara yang sesuai.
•    Tidak berbagi kesenangan, minat atau kemampuan mencapai sesuatu hal dengan orang lain, misalnya tidak memperlihatkan mainan kepada orang tua, tidak menunjuk kesuatu benda yang menarik , tidak berbagi kesenangan dengan orang tua.
•    Kurangnya interaksi sosial timbal balik misalnya: tidak berpartisipasi aktif dalam bermain, lebih senang bermain sendiri.
2. Gangguan kualitatif komunikasi yang terlihat sebagai paling tidak satu dari gejala berikut:
•    Keterlambatan atau belum dapat mengucapakan kata-kata berbicara, tanpa diserta usaha kompensasi dengan cara lain misalnya mimik dan bahasa tubuh.
•    Bila dapat berbicara, terlihat gangguan kesanggupan memulai atau mempertahankan komunikasi dengan orang lain.
•    Penggunaan bahasa yang streotipik dan berulang, atau bahasa tidak dapat di mengerti.
•    Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain meniru secara sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.
3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah (stereotipik), yang ditunjukan dengan adanya 2 dari gejala berikut.
•    Minat yang terbatas, stereotipik, menetap dan abnormal dalam intensitas dan fokus.
•    Keterikatan pada suatu ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kaku dan tidak fleksibel.
•    Gerakan motorik yang stereotipik dan berulang, misalnya : Flapping tangan dan jari, gerakan tubuh yang kompleks.
•    Preokupasi terhadap bagian dari benda.
4. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada keterampilan berikut, yang muncul sebelum umur 3 tahun.
•    Interaksi sosial.
•    Bahasa yang digunakan sebagai komunikasi sosial.
•    Bermain simbolik atau imajinatif.
4. Attention Deficit Hiperaktivity Disorders (ADHD)
Ciri –Cirinya :
•    Tidak bisa mempertahankan perhatian, Mereka sangat mudah beralih, Perhatiannya pada hal-hal disekitarnya, Mudah bosan, Kemampuan ingatan jangka pendek rendah.
•    Impulsif: Ketidakmampuan untuk mengontrol diri, Mereka sering dicap anak yang agresif, tidak tahu aturan, suka merebut barang teman, tidak sabar menunggu.
•    Hiperaktif: Efek hiperaktifitas ini menjadi lebih buruk karena gabungan dengan impulsifitas. Kondisi ini menyulitkan anak saat belajar, duduk tenang, mendengarkan guru, mengerjakan tugas.
•    Tidak terpuaskan butuh stimulasi dan perhatian yang terus menerus, dan harus segera terpenuhi.
•    Kurang mampu melakukan interaksi sosial, tidak mengerti cara berinteraksi dengan baik, sering berprilaku kasar dan menjengkelkan teman, sering mengatakan hal yang tidak tepat.
•    Koordinasi motorik halus buruk, tulisan sulit dibaca, kesulitan mewarnai, dan mengikat tali sepatu.
•    Tidak teratur, umumnya tidak terorganisir, tidak rapi berpakaian, mengurus alat sekolah, dll. Pelupa, senang menunda tugas.
•    Self esteem rendah dikarenakan kegagalan yang terus menerus serta komentar orang sekitar tentang anak GPPH.
•    Mengalami kesulitan belajar, termasuk kesulitan dalam membaca, menulis, bahasa, matematika, atau kombinasi. Dari tes intelegensi : prestasinya jauh dibawah potensi yang dimiliki.
4.    Cerebral palsy (CP)

Adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gambaran klinis CP:
•    Paralisis: Kelumpuhan dapat berupa : Flacid (layuh), spastic (kaku), dapat berbentuk hemiplegi (separuh badan kanan/kiri), Quariplegi (empat anggota gerak , Diplegi (dua kaki), monoplegi (1 anggota gerak).
•    Gerak involunter: Yaitu gerakan yang tidak terarah dan tidak sesuai pola gerak .
•    Ataxia: Yaitu gangguan koordinasi karena kerusakan otak kecil.
•    Contohnya : Jalannya lambat dan semua pergerakan menjadi canggung.
•    Kejang, Dapat bersifat umum (seluruh tubuh) atau fokal (satu bagian tubuh).
•    Gangguan mental, ditemukan dari 1/3 anak penderita CP.

Rabu, 22 Februari 2012

5 Syarat Pendidikan Karakter

Lima Syarat Pendidikan Karakter

Tidak sedikit para pengamat yang menilai bahwa carut-marutnya negeri ini akibat pemimpin negeri yang tidak memiliki karakter. Lantas bagaimana membangun pemimpin yang berkarakter melalui pendidikan? Menurut pakar pendidikan, Arief Rahman, ada lima syarat pendidikan karakter.

Pertama adalah pendidikan karakter kepada Tuhan. Nilai-nilai religius harus ada pada seorang pemimpin. "Jadi bukan hanya wawasan umum dan intelektual, tapi ada nilai-nilai religi juga harus dimiliki," ujar Arief dalam acara Studi Apresiasi Kepemimpinan Siswa Teladan Indonesia (Sakti) SMP Labschool Cibubur di Markas Komando Latihan Kostrad Sanggabuana, Mekar Buana, Karawang, Jawa Barat, baru-baru ini.

Kedua, lanjut Arief, pendidikan karakter kepada diri sendiri. Sadar akan tanggungjawab diri sendiri dan mengerti apa yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri.

Ketiga, pendidikan karakter kepada keluarga. Bagaimana kita menghormati orangtua, meski kadang orangtua itu salah.

Keempat, menurut Arief, adalah pendidikan karakter kepada masyarakat. Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain, tentu harus saling bekerjasama, saling menghormati, tenggang rasa. "Harus saling menolong dengan sesama," ujar guru besar Universitas Negeri Jakarta itu.

Kelima, lanjut Arief, adalah pendidikan karakter kepada alam di sekitanya. Menurut Arief, manusia itu hidup di antara alam. Karena itu manusia harus memelihara dan menjaga kelestarian alam. "Kita harus pelajari alam itu. Kita manfaatkan, tetapi jaga kelestarianya, jangan hanya memanfaatkan alam tapi malah merusak," tandasnya.
Lebih lanjut Arief menjelaskan, pendidikan karakter yang baik tidak dapat dilakukan dengan cara mengajar, tetapi mendidik. Karena pendidikan karakter bukan ilmu, namun proses membangun watak terhadap kebiasaan. "Dan kebiasaan itu harus dialami. Setiap jenjang harus diberi pengalaman-pengalaman yang baik. Pendidikan karakter harus ada teladan. Karakter itu harus teruji saat dilematis," ujar kakek enam cucu itu.
Menanggapi soal pendidikan melalui cara ala militer yang identik dengan kedisiplinan yang tinggi, menurut Arif, kedisiplinan itu baik dalam pendidikan anak. Namun jangan sampai menerapkan sanksi-sanksi yang sifatnya menjadi dendam kepada anak-anak itu sendiri. "Untuk menjadi baik, kadang manusia itu awalnya harus dipaksa dengan aturan. Tapi harus tetap seimbang, ada kalanya membutuhkan intermezo yang bernilai, tidak hampa," ujar Arief menambahkan.

Selasa, 21 Februari 2012

Manfaat Bermain Balok

MANFAAT BERMAIN DENGAN BALOK
Manfaat Fisik: Mainan balok memperkuat gengaman jari dan tangan anak, meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Mainan balok juga mendidik anak mempelajari perbedaan bentuk geometri.

Manfaat Sosial: Mainan balok mendorong anak untuk berteman dan bekerja sama. Balok bermanfaat bagi anak karena balok mendorong interaksi dan imajinasi. Imajinasi anak dapat segera diwujudkan dengan mainan balok. Kreatifitas yang dikombinasikan dengan aksi sangat penting dalam kehidupan sosial.

Manfaat Intelektual: Anak dapat mengembangkan kemampuan kata-kata saat mereka mecoba mengambarkan ukuran, bentuk dan posisi. Anak mengembangkan kemampuan matematik melalui pengelompokan, penambahan, pengurangan. Dua buah segitiga sama sisi jika digabung akan menjadi persegi empat. Hal tersebut bisa juga akan dimengerti melalui bermain balok standar. Dengan bermain balok, anak akan mengalami bahwa balok jika tidak seimbang akan jatuh, anak belajar tentang keseimbangan dan gravitasi. Belajar geometri dari mainan balok akan meningkatkan stimulasi intelektual. Penelitian yang dilakukan di Universitas Washington juga menunjukkan hasil, bahwa anak yang bermain menggunakan blok kemampuan bahasanya lebih tinggi dari teman-temannya.

Manfaat Kreatif: Mainan balok merupakan pemicu stimulasi kreatifitas, karena anak akan membuat desain mereka sendiri dengan balok. Plato Seorang Philosofi Yunani (428-348 SM) menulis bahwa arsitek masa depan adalah anak yang mainannya membuat bangunan.
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...