RA Terpadu Syaujan "Mendidik Sepenuh Hati dengan Syar'i" | Jika Anak Dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai | jika anak di besarkan dengan dorongan,ia belajar percaya diri | jika anak di besarkan dengan rasa aman,ia belajar menaruh kepercayaan

VIDEO Kegiatan RA SYAUJAN

Minggu, 26 Februari 2012

ANAK KURANG KONSENTRASI

Jika Anak Susah Konsentrasi

N amanya anak, memang mudah beralih perhatiannya. Tapi tak berarti orang tua tak bisa meningkatkan konsentrasinya agar lebih baik.
"Aduh, anakku, kok, enggak bisa diam, sih! Baru duduk sebentar, sudah mau menonton Teletubbies . Teve baru dipasang, malah jalan-jalan. Jangan-jangan anak saya sulit berkonsentrasi," keluh seorang ibu.
Sulit konsentrasi, kata psikolog Dra. Rosemini A. Prianto, MPsi atau biasa dipanggil Romi, adalah bila tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih. Jadi, untuk suatu pekerjaan, dia tidak bisa menuntaskannya. "Sedikit-sedikit, perhatiannya sudah berubah, tak memberi perhatian. Dan itu terjadi pada semua hal." Tapi kesimpulan bahwa seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan dengan anak normal umumnya.
Hal senada dijelaskan dr. H. Irawan Mangunatmadja, SpA , dari Bagian Saraf Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. "Anak yang susah konsentrasi, biasanya memiliki gangguan atau kelainan. Misalnya saja, hiperaktif."

Masih Wajar
Kendati demikian, orang tua tetap tak bisa langsung menyimpulkan anaknya mengalami gangguan konsentrasi. Irawan mengingatkan, jika anak usia batita tampak tak bisa diam, seolah hiperaktif, mungkin sebenarnya normal. "Anak usia batita biasanya memang tak bisa diam. Masalahnya, ia memang sedang berada dalam fase eksplorasi. Maunya ke sana kemari, menjelajah. Itu masih wajar, kok." Kalau memang si anak tak mengalami kelainan semisal hiperaktif, lanjutnya, "Kalau disuruh diam, ya, dia akan diam."
Beda dengan anak berkelainan. Cirinya, kelewat aktif. "Anak yang hiperaktif malah sama sekali tak bisa konsentrasi pada semua hal. Beda dengan anak normal yang mungkin hanya pada hal-hal tertentu saja," papar Irawan lebih lanjut.
Baru di usia sekitar 4-5 tahun, jelas Romi dalam kesempatan terpisah, anak mampu berkonsentrasi. Sementara anak balita, "Kalau bisa konsentrasi 5 menit saja, secara umum dapat dikatakan konsentrasinya cukup baik." Bila lebih dari 5 menit, berarti si anak memang lebih dibanding rata-rata anak umumnya. Nah, jika si kecil berumur 5 tahun memegang sesuatu lalu sesaat kemudian sudah dilempar (benda apa saja), berarti ada sesuatu dengan diri si anak.

Faktor Penyebab
Menurut Romi, penyebab sulit konsentrasi pada anak bisa karena faktor lingkungan, tapi bisa juga karena ada masalah dalam dirinya. Dengan kata lain, ada faktor eksternal dan internal. Untuk faktor lingkungan, misalnya, anak diberi tugas menggambar. Pada saat yang bersamaan, ia mendengar suara ramai dan itu lebih menarik perhatiannya sehingga tugasnya pun diabaikan. "Lingkungan mempengaruhi konsentrasinya," jelas Romi. Sedangkan faktor internal antara lain adanya gangguan perkembangan otak, sehingga anak cenderung jadi hiperaktif. "Ada kaitannya dengan hormon.
Kalau hiperaktif, maka hormon yang dihasilkan lebih banyak. Kalau anaknya lamban, maka neurotransmitter-nya kurang." Konsentrasi atau perhatian, papar Irawan, biasanya berada di otak daerah frontal (depan) dan parientalis (samping).Nah, gangguan di daerah ini bisa menyebabkan kurang atensi atau perhatian. "Jadi, karena sistem di otak dalam memformulasikan fungsi-fungsi aktivitas, seperti penglihatan, pendengaran, motorik, dan lainnya, di seluruh jaringan otak itu terganggu, maka anak tidak dapat berkonsentrasi karena input yang masuk ke otak terganggu. Akibatnya, stimulasinya pun tak bagus," jelas Irawan. Gangguan ini bukan merupakan bawaan melainkan didapat, semisal karena terkena infeksi otak.

Pengobatan dan Terapi
Selain faktor eksternal dan internal, papar Romi, faktor psikologis pun turut berperan. Umpamanya, anak mendapatkan suasana di "sekolah" yang berbeda dengan suasana di rumah. Anak kaget, misalnya karena punya teman yang lebih berani. Ketakutan dan kekhawatiran si anak membuatnya sulit untuk konsentrasi. Akibatnya, konsentrasi di kelas untuk menerima pelajaran jadi berkurang. "Jadi, ini karena pengaruh masalah kepribadian atau sosialisasi."
Karena itulah, lanjut Romi, penyebab sulit berkonsentrasi harus dicari lebih dulu. "Selanjutnya, orang tua dapat membantu misalnya dengan mengeliminir lingkungan sedemikian rupa agar anak bisa fokus atau memusatkan perhatiannya." Di usia sekolah, di mana rentang konsentrasi-nya sudah lebih panjang, anak tidak terlalu bermasalah. "Kecuali jika ia memang punya kelainan."
Untuk anak hiperaktif, bisa diberi terapi obat, terapi perilaku, dan lainnya. "Biasanya pengobatannya jangka panjang. Umumnya, kalau sudah diberi obat, hiperaktifnya berkurang. Untuk yang konsentrasinya lambat, ditingkatkan konsentrasinya. Kecuali kalau kerusakannya parah, perbaikan atau pengobatannya makan waktu lama," tambah Irawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...