RA Terpadu Syaujan "Mendidik Sepenuh Hati dengan Syar'i" | Jika Anak Dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai | jika anak di besarkan dengan dorongan,ia belajar percaya diri | jika anak di besarkan dengan rasa aman,ia belajar menaruh kepercayaan

VIDEO Kegiatan RA SYAUJAN

Kamis, 19 April 2012

ANAK TK MASUK BIMBEL CALISTUNG



 
KBR68H - Para orangtua murid diminta untuk melapor ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan apabila ada Sekolah Dasar yang masih menerapkan tes baca, menulis dan berhitung dalam penerimaan siswa kelas 1. Tidak ada kewajiban bagi calon siswa untuk bisa membaca, menulis dan berhitung agar bisa diterima di sekolah dasar. Apa dampaknya jika tes calistung dipaksakan sejak dini? Simak perbincangan bersama Pemerhati Masalah Anak, Seto Mulyadi

Masih ada sekolah yang menerapkan ujian Calistung untuk anak-anak yang mau masuk SD?
Iya memang itu sangat memprihatinkan karena standar kompetensi pada anak-anak untuk membaca, menulis, dan menghitung itu sebetulnya diajarkan pada SD. Misalnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk matematika itu kelas 1 SD akhir semester 1, akhir semester 1 itu anak cukup bisa menghitung 1-20. Jadi berarti semua memang baru dimulai pada waktu SD itupun dalam suasana gembira, memang sayang sekali kalau anak-anak harus dipaksa untuk menguasai kemampuan membaca, menulis, dan menghitung sebagai persyaratan untuk masuk ke sekolah dasar itu akan membuat anak-anak menjadi stres, tertekan, dan semacam bentuk pelanggaran pada hak anak kita.
Apa hubungannya nanti dengan mengurangi masa bermain anak ataukah nanti pada pertumbuhan psikologi?
Iya itu memang mengurangi masa bermain pada anak, karena dunia anak adalah dunia bermain. Jadi betapa TK itu adalah memang taman bermain, bukan sekolah taman kanak-kanak tapi namanya taman kanak-kanak dan kalau memang itu dipaksakan apalagi dengan cara yang keliru. Beberapa metode memang bisa membuktikan tetapi dengan pendekatan individual, tapi tidak dengan cara klasikal sebagaimana banyak terjadi pada TK kita. Akibatnya bukan hanya kehilangan waktu bermain tapi anak stres, bisa phobia terhadap sekolah ini tentu akan membuat permasalahan-permasalahan psikologis yang lebih mendalam lagi.
SD terutama yang berstandar internasional itu menerapkan tes Calistung, apakah mencari gampang atau mudahnya saja saat mengajarkan anak-anak saat masuk?
Masalahnya ada pada jumlah pendaftar yang melebihi kapasitas, sehingga seolah tidak diperlukan cara terbaik untuk menyeleksi. Bagaimana caranya, Kementerian Pendidikan Nasional sudah mempersyaratkan yang paling utama adalah usianya yag sudah lebih lanjut, katakanlah kebanyakan umur 6 tahun, ada yang 7 tahun itu yang diutamakan dulu, mereka harus secepatnya ditampung dalam SD. Bahwa nanti membaca, menulis dimulai waktu SD itupun caranya berdasarkan tema-tema itu sampai kelas 3 SD.
Ini zaman modern, jadi orang tua banyak yang bangga kalau anaknya yang TK sudah bisa membaca, bahasa Inggris. ini apa yang negatif bagi anak kalau dengan kondisi seperti ini?
Memang kalau bisa anak-anak diperkenalkan dulu pada bahasa ibunya, sehingga anak tahu konsep bahasa itu untuk komunikasi dan lancar. Tetapi kalau dari awal sudah diberikan, itupun kadang-kadang dengan cara yang keliru atau mungkin diajarkan oleh gurunya.
Menurut anda perlu tidak sanksi diberikan oleh Kemendiknas pada sekolah-sekolah yang melanggar aturan?
Iya sebetulnya kalau anak-anak dipaksakan itu menjawab tuntutan ataupun desakan orang tua. Kalau misalkan ada TK yang main semua lalu dibilang ah TK apa ini, kenapa tidak ada matematika, kenapa tidak ada bahasa Inggris.Seolah-olah orang tua banyak yang tanpa sadar melakukan tekanan kepada putra-putrinya, wah baru TK sudah bisa penjumlahan atau bahasa Inggris rasanya bangga sekali atau untuk supaya bisa masuk ke SD unggulan. Sebetulnya peraturannya, lebih ditujukan pada SD-nya jadi ada semacam pengawasan atau pelarangan, SD dilarang tes Calistung pada siswa yang akan masuk.
Kalau ada yang melakukan Calistung bisa melapor?
Iya betul. Jadi Dinas Pendidikan bisa mengambil tindakan yang tegas, dengan demikian para guru juga berusaha gembira karena bisa memberikan nuansa bermain lebih menyenangkan pada putra-putri didiknya.
Bagi sekolah tentu mereka memenuhi kebutuhan pasar juga ya karena ada tuntutan, banyak keluarga yang meminta agar diberikan pendidikan-pendidikan kelas tinggi akhirnya mereka mau tidak mau menerima juga begitu?
Iya betul. Jadi marilah kita kembalikan sekolah untuk anak bukan anak untuk sekolah, Kurikulum untuk anak bukan anak untuk kurikulum. Semua dilakukan demi kepentingan terbaik bagi anak-anak.
Tentang usia anak TK menjelang SD, pendidikan apa yang paling tepat bagi mereka?
Bermain. Pertama adalah gerakan motorik kasar dia bisa berlari, melompat, melempar bola, menendang, dan sebagainya. Jadi mohon sebetulnya taman kanak-kanak itu ada suatu areal yang cukup memadai, ada rumput hijau, ayunan, dan sebagainya. Karena pada dasarnya pada usia tersebut anak berpikir dengan gerakan-gerakannya, bukan disuruh duduk berjam-jam seperti penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...